Kamis, 30 April 2015

analisis kation



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ilmu farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat dan zat-zat yang terkandung di dalamnya, serta cara-cara pengolahannya. Jadi sangatlah perlu bagi seorang farmasis, untuk mengetahui tentang seluk beluk tentang pengidentifikasian dan pemisahan suatu zat dalam suatu sampel. Untuk itu pengetahuan tentang analisis kualitatif sangat esensial untuk dijadikan salah satu keahlian bagi seorang farmasist. Inilah yang menjadi sebab praktikum ini dilaksanakan Faktor pendorongnya praktikum analisis kualitatif ini dilakukan karena praktikan harus mengetahui dan mengenal cara-cara analisis kualitatif. Praktikum diperlukan untuk mendukung pengetahuan farmasis tentang analisa kualitatif, selain pengetahuan teori.. Perlunya diadakan pengenalan terhadap kation sebagai dasar dalam malakukan analisa pada kegiatan-kegiatan praktikum di farmasi. Kita dapat lebih mengenal sifat-sifatnya dan cara-cara analisanya dengan bantuan praktikum. Dalam hal ini pemeriksaan atau pemisahan kation merupakan salah satu cara analisis kualitatif. Dengan memakai reagensia golongan secara sistematik, dapat ditetapkan keberadaan suatu kation. Pengetahuan tentang analisa ini akan memberi manfaat ke depan untuk mengetahui seberapa aman sebuah produk digunakan, apakah mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal inilah yang mendasari dilakukannya percobaan analisa kualitatif kation.
1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud percobaan ini, yaitu untuk mengetahui dan memahami analisis kation dalam suatu sampel.
1.3  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan dan mengidentifikasi kation pada suatu sampel berdasarkan golongannya.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Teori umum
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasoifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang telahj disebut reagensia golongan secara sistematik. (Vogel,1979)
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam, klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan,bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini sebagai berikut : (Vogel,1979)
Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak..
Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah..
Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt..
Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam..
Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen (Vogel, 1979 ).













2.2  Uraian Bahan
1.      Bismuth subnitrat (FI edisi 3 :118-119)
Nama resmi                : Bismuth subnitras
Nama lain                  :Bismuth subnitrat
RM/BM                     :BiNO3/
Pemerian                    :serbuk hablur renik: putih,tidak berbau,tidak
berasa, berat.
Kadar                         :Mengandung tidak kurang dari 71,0 % dan tidak
lebih dari      75,0 %    Bismuth.
Kelarutan                   :Praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organic .Larut sempurna dala asam klorida p dan dalam asam nitrat p.
Penyimpanan             : dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya.
Khasiat                      : adstringen saluran pencernaan.
2.      Tiocetamid ( Ditjen POM, 1979 : 735 )
Nama lain                              : Triocetamida
RM/BM                                 : CH3C8NH2 / 76
Pemerian                                : Hablur atau serbuk hablur : putih
Kelarutan                               : Larut dalam air dan dalam etanol (95%)P, praktik tidak larut dalam benzene p.
Penyimpanan                         : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                              : Sebagai penstabil
3.      Natrium hidroksida (Ditjen POM,1979 : 412 )
Nama resmi                            : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain                              : Narium hidroksida
RM/BM                                 : NaOH ./ 40,00
Pemerian                                : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan                               : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)p.
Penyimpanan                         : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan kegunaan           : Zat tambahan
4.      Asam klorida (Ditjen POM,1979 :53)
Nama resmi                            : ACIDIUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain                              : Asam klorida
RM/BM                                 : HCl/36,46
Pemeriaan                              : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap, dan bau hilang
Penyimpanan                         : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan       : Zat tambahan
5.      Asam sulfide (Ditjen POM, 1979 : 653 )
Nama resmi                            : HIDROGEN SULFIDA
Nama Lain                             : Asam sulfide
RM                                        : H2S
Pemerian                                : Gas tidak berwarna, beracun, bau khas tidak enak
6.      Air Suling (Ditjen POM,1979 :96 )
Nama Resmi                          : AQUA DESTILLATA, tidak
Nama Lain                             : Air suling
RM/BM                                 : H2O/18,02
Pemerian                                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan                         : Dalam wadah tertutup baik









BAB III
METODE KERJA
3.1  Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, rak tabung, sendok tanduk pipet tetes, dan bunzen
3.2  Bahan praktikum
Adapun Bahan yang digunakan ialah Sampel EYR, aquades, HCl, H2S, Tiocetamid, NaOH 2 N
3.3  Prosedur Kerja
·         Uji organoleptic
1.      Disiapkan sampel yang akan diuji ( EYR )
2.      Diamati warna dan bau sampel
3.      Diuji kelarutan sampel dengan melalrutkannya dalam aquadest
4.      Diamati bentuk sampel
·         Uji golongan
1.      Dibuat larutan stock sampel dalam sebuah tabung reaksi.
2.      Dari larutan stock, diambil sekitar 1 mL untuk uji golongan I.
3.      Untuk uji golongan I, larutan stock EYR ditambahkan HCl encer 3 tetes. Kemudian tidak terjadi endapan maka dilanjutkan uji golongan II
4.      Sampel EYR ditambahkan dengan larutan natrium sulfida. Setelah ditambahkan H2S pada sampel EYR terjadi endapan dalam sampel. Maka, Sampel EYR merupakan golongan II
·         Uji spesifik
1.      Sampel EYR yang telah diketahui golongannya dibuatkan pereaksi spesifik berdasarkan tabel golongan II
2.      Larutan stok diambil 1 mL lalu ditambahkan pereaksi Tiocetamid 3 tetes kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan larutan berubah menjadi warna hitam.
3.      Diambil kembali larutan stok sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang baru kemudian ditambahkan NaOH 2N.
4.      Amati perubahan yang terjadi. Kemudian sampel EYR berubah warna menjadi putih tetap.
5.      Dari hasil perubahan warna yang terjadi pada sampel EYR dapat diketahui bahwa sampel EYR merupakan Bi3+.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
Sampel
Bentuk
Bau
Warna
Kelarutan
1
EYR
Serbuk
Tidak berbau
Putih
Tidak larut
Reaksinya
Kode sampel   : EYR
1.      Uji Golongan
+ HCl  
+ H2S ↓    
2.      Uji spesifik
+ Tiocetamid   → ↓ hitam
+ NaOH →↓ putih tetap
Hasilnya adalah Sampel EYR merupakan golongan 2 dimana larut pada H2S dan terdapat endapan hitam pada larutan Tiocetamid. Kemudian ditambahkan pereaksi NaOH
4.2 Pembahasan
Analisa kualitatif adalah suatu analisa yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan zat tertentu dalam sample. Dalam praktikum kali ini dilakukan suatu analisa kualitatif terhadap zat-zat organik di mana dilakukan uji terhadap sampel-sampel yang akan diidentifikasi. Jenis kationnya melalui serangkaian uji, yaitu uji organoleptis, uji golongan, dan uji spesifik untuk menetukan kationnya.
Uji organoleptis merupakan uji pendahukuan, uji ini meliputi pengamatan bentuk, warna, rasa, kelarutan, dan bau, serta sifat-sifat higroskopis sampel. Pengamatan bentuk bertujuan mengamati bentuk sampel. Apakah sampel tersebut berbentuk serabut, hablur, Kristal, atau lainnya. Uji ini dapat mempermudah untuk menentukan jenis kationnya. Uji rasa menentukan keadaan halus atau kasarnya sampel. Uji kelarutan juga mempermudaj penentuan sampel. Ada berberapa sampel yang sering ditemui yaitu AgCl2, AgBr, AgI, AgCH, SrSO4, BaSO4, dan PbSO4. Selain itu, warna larutan juga mempermudah identifikasi. Pengamatan warna adalah yang paling berperan di sini karena warna tertentu mencirikan kation tertentu pula. Beberapa kation memeberi warna spesifik pada larutannya, yaitu biru (Cu2+), hijau (Ni2+, Fe2+, Cr3+, MnO4–), kuning (CrO42-, [Fe(CN)¬6]4-, Fe3+), merah jingga (dikromat), ungu (permanganate), merah muda (Co dan Mn2+).
Kode sampel EYR memiliki warna putih,,bentuk serbuk,tidak berbau,dan tidak larut dalam aquades. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel EYR tidak bereaksi dengan dengan HCl tapi bereaksi saat ditambahkan dengan H2S jadi, sampel EYR termasuk golongan II Sedangkan ketika dilakukan uji spesifik pada saat ditambahkan tiocetamid 3 tetes  terjadi endapan berwarna hitam dan ketika ditambahkan NaOH 2N terjadi endapan putih tetap Jadi, kode sampel EYR merupakan Bi3+  yang termasuk kation golongan II.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel EYR merupakan Bi3+ karena pada saat uji penggolongan, sampel EYR larut pada H2S yang mana terdapat pada golongan II lalu pada saat diteteskan tiocetamid terdapat endapan hitam dan pada saat diteteskan NaOH 2N terdapat endapan putih.
5.2 Saran
            Diharapkan agar kedisiplinan dalam Lab Kimia Analis Farmasi dipertahankan dan juga dimohon kepada asisten untuk tidak bosan-bosannya mengajarkan kami pada saat praktikum.








DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes.RI, Jakarta
Vogel,A.L., 1979. Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro, Longman Group 
Limited, London




Tidak ada komentar:

Posting Komentar