Selasa, 05 Mei 2015

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS




BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi. Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi bergantung pada pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorbs, kromatografi partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah : partisi gas, partisi cairan yang menggunakan alas tak bergerak (misalnya kromatografi kolom), kromatografi kertas dan lapis tipis.  Analisis dengan menggunakan KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya sudah diketahui. Kelompok kandungan kimia seperti : alkaloid, antraglikosida, arbutin, glikosida jantung, zat pahit, flavonoid, saponin, minyak atsiri, kumarin, dan asam fenol karboksilat. .
Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya adalah ; Kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ).
       Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan.
1.2     Maksud Praktikum
Adapun maksud praktikum adalah untuk mengetahui dan memahami cara pemisahan komponen kimia secara kromatografi lapis tipis (KLT)
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah untuk melakukan pemisahan komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap dan menentukan nilai Rf dari noda yang diperoleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang banyak digunakan, metode ini menggunakan  empeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng kaca, pada dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Soebagio,2002).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan  bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003 )
   Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen) umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut (misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi. Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
     KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas.  Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat..( Soebagio,2002)
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002):
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh (Gandjar,2007).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan (Gritter,1991) :
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).
2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
1.    Sejumlah larutan yang mengandung logam diasamkan dengan asam asetat sehingga pH.5. Kemudian ditambahkan sejumlah volume sama larutan dithizone dalam kloroform kemudian kocok di dalam corong pisah. Pisahkan lapisan kloroformnya dan cuci dengan larutan asam nitrat untuk menghilangkan kelebihan dithizonenya.
2.    Totolkan sebanyak 10 mikro liter ekstrak kloroform di atas keeping kromatografi lapis tipis yang telah diaktivir. Sejauh 2 cm dari ujung bawah dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm dari ujung bawah dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm satu sama lainnya.
3.    Camber kromatografi telah dijenuhkan dengan pelarut selama 2 jam. Penjenuhan dapat dipercepat dengan menggunakan kertas saring yang dimasukkan ke dalam chamber.
4.    Masukkan keping kromagtografi yang telah ditotoli zat, biarkan selama beberapa menit sehingga larutan mencapai kira-kira 20 cm dari bawah. Angkat dan keringkan
5.    Hitung Rf tiap-tiap totolan dengan membagi jarak yang ditempuh boleh zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian bandingkan dengan Rf pembanding.


BAB III METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu, Alumimium Foil, Botol eluen, pipa kapiler, Lempeng KLT ( silika gel 254 ), pipet tetes, batang pengaduk, gelas kimia 50 mL, pinset, gelas ukur, dan corong
3.2 Bahan Praktikum
     Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, adalah Paracetamol 250 mg, Etanol 0,1 N sebanyak 10 mL, Eluen Metanol : Etil Asetat ( 3 : 1 )
3.3 Cara Kerja
            Pertama-tama, disiapkan alat dan bahan. Kemudian paracetamol dihaluskan, lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia. Dilarutkan dalam etanol 10 mL, kemudian disaring dengan ketas saring.
Kedua, disiapkan botol eluen (pengganti camber), kemudian dimasukkan 3 mL metanol dan 1 mL etil asetat ke dalam botol eluen. Lalu dihomogenkan dan larutan campuran tersebut dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring yang dimasukkan kedalam botol eluen.
Ketiga, totolkan larutan sampel di atas permukaan silika gel-254 (panjang 7 cm, jarak dari bagian bawah ke titik totol 1 cm dan jarak dari bagian atas 0,5 cm) dengan menggunakan pipet kapiler. Dimasukkan silika gel yang telah ditotoli dengan larutan sampel ke dalam botol eluen dan tunggu beberapa menit. Diangkat dan dikeringkan.
 Dan yang terakhir, dipaparkan silica gel-254 tadi di bawah sinar UV 254 untuk melihat jarak yang ditempuh oleh zat terlarut. Kemudian hitung nilai Rf dengan membagi jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian dibandingkan dengan Rf pembanding.    


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
   1. Tabel Pengamatan
Sampel
Larutan
Pelarut
Lempeng
Warna
Paracetamol 250 mg
Etanol 10 ml
Metanol 3 ml dan etil asetat 1 ml
Silika gel-254
Ungu-coklat
2. Tabel Hasil
Pelarut
Perbandingan
Rf
Metanol : etil asetat
3 ; 1
0,89
3. Perhitungan
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
        Jarak yang ditempuh pelarut
     = 4,9
        5,5
Rf = 0,89
4.2 Pembahasan
                         Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
       Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
       Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari beberapa jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.
       Pada percobaan ini dilakukan analisis kuantitatif dengan metode kromatografi lapis tipis. Sampel yang dianalisis yaitu pembanding berupa paracetamol.
       Pada percobaan ini digunakan pembanding, yaitu paracetamol 500 mg yang dihaluskan dan dilarutkan dalam etanol 10 mL di dalam gelas kimia. Setelah pembanding larut, disiapkan botol eluen (sebagai pengganti camber). Eluen yang digunakan pada praktikum ini adalah metanol dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 1.homogenkan eluen dalam botol eluen dan jenuhkan dengan kertas saring yang dimasukkan kedalam botol eluen guna untuk me,percepat proses penjenuhan.
       Setelah larutan eluen jenuh, ditotolkan larutan pembanding ke permukaan lempeng dimana pada percobaan kali ini silika gel yang digunakan adalah silika gel G-254. Totol pada jarak 1 cm dari bagian bawah silika gel. Setelah ditotol, kemudian masukkan silika gel ke dalam botol eluen. Tunggu beberapa menit, angkat dan keringkan. Paparkan silika gel G-254 dibawah sinar UV 254 untuk melihat totol guna untuk mendapatkan nilai Rf. Lingkari titik totol, lalu hitung jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarang yang ditempuh oleh zat pelarut kemudian hitung dengan membandingan kedua jarak tersebut.      
           


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa nilai Rf zat dengan pembanding paracetamol    menggunakan eluen metanol : etil asetat (3:1) adalah 0,89 Zat merupakan golongan IIb, yaitu Sn2+.
5.2  Saran
Asisten harus terus memperketat pengawasan terhadap praktikan dan terus mengingatkan betapa besar resiko yang akan dihadapi setiap individu dalam setiap kali prakikum di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta, Erlangga
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi  Analisis, pustaka pelajar, yogyakarta

Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA, Makassar.

                                                                                  





















LAMPIRAN
Skema Kerja           
Disiapkan alat dan bahan

Dijenuhkan chamber dengan metanol

Dimasukkan metanol : etil asetat (3:1) kedalam chamber yang telah jenuh

Paracetamol 500 mg yang telah dihancurkan (dilarutkan dalam etanol 10 mL 0,1 N pada gelas kimia / gelas piala.

Ditotolkan pada lempeng yang berukuran 7x1

Dimasukkan lempeng ke dalam chamber

keluarkan lempeng dari chamber Jika eluen sudah mencapai batas atas dari lempeng silica gel 254

lempeng silica gel diletakkan dibawah lampu UV 254 nm

amati noda yang tampak  dan foto hasilnya (warnanya)

tandai dengan membulatkan noda yang terbentuk,
lalu tentukan nilai Rf berserta golongan dan jenis kationnya.




GAMBAR
                                                       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar